SIT Asy Syifa Qolbu

Pendidikan Untuk Menumbuhkan Karakter

Pendidikan adalah sebuah proyek menumbuhkan dan menguatkan kebudayaan dengan mencoba menanamkan nilai – nilai kebenaran dan kebaikan hingga membentuk kandungan batin peserta didik yang darinya lahir kehendak untuk berbuat yang terbaik bagi kehidupan. Nilai kebenaran dan kebaikan yang bertumpu pada agama memiliki basis spiritual yang mengakar kuat pada jantung sanubari yang akan membuat manusia berani mengambil tanggungjawab besar. Dari tanggungjawab, seseorang akan memiliki kedisiplinan yang tinggi, disilin yang akan membuat seseorang teratur menata kehidupannya. Dari sinilah berbagai kecerdasan akan tumbuh berkembang. Jadi, menumbuhkan, menguatkan dan mengembangkan infra-struktur batin (karakter) peserta didik jauh lebih penting dan utama, karena darinya akan tumbuh kuat motivasi untuk maju dan berkembang. Pendidikan yang mengandalkan atau transformasi pengetahuan lebih dominan, dibanding tranformasi nilai, hanya akan membuat peserta didik memiliki pengetahuan yang luas, namun, pengetahuan tersebut tidak ditopang kuat oleh karakter. Maka yang akan terjadi adalah, peserta didik akan goyah dan rapuh tersapu badai kehidupan yang arusnya cukup keras deras menghantam kediriannya.

Menurut Furqon Hidayatullah pendidikan selama decade belakangan ini telah bertumpu hanya pada aspek intelektualitas. Hal ini tanpa pada berbagai kasus remaja seperti tawuran, kecurangan dalam pelaksanaan UN, dan pergaulan bebas. Penelitian mutakhir dan realitas yang terjadi dimasyarakat menunjukan bahwa bukan hanya penguasaan intelektual yang menunjang kesuksesan seseorang. Aspek kecerdasan emosional dan spiritual justru lebih besar pengaruhnya terhadap kebahagiaan dan keberhasilan seseorang disinilah urgensi dari pendidikan karakter.

Pada awal abad 20, dunia pendidikan mengamini pendapat Alfred Binet, bahwa keberhasilan hidup manusia ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ). Seiring waktu berjalan, bahwa (IQ) tidak dapat menjawab sepenuhnya problematika kehidupan dan tidak pula dapat menjamin keberhasilan meraih puncak kejayaan hidup. Lahirlah antitesis darinya yaitu apa yang dikemukakan oleh Daniel Goleman (tahun 1995), ia berpendapat bahwa keberhasilan hidup ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ). Bahwa keinginan tertinggi manusia adalah mencapai bahagia. Asumsi ini tidak bisa dialas hanya oleh dua kecerdasan diatas (IQ) dan (EQ), munculah dari sini sintesa yang dikemukakan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, bahwa puncak kebahagiaan hanya bisa diraih melalui kecerdasan spiritual (SQ).

Dari asumsi diatas, mengacu kepada pandangan filosofi dalam pendidikan dan kehidupan orang orang Jepang, mereka memiliki falsafah: “wasa” dan “do” (skill) sedangkan do the way of life (prinsif hidup) yang dikenal dengan “BUSHIDO). Para samurai memiliki senjata yang disebut KATANA atau pedang. Pedang yang tajam tentu mengerikan dan berbahaya jika dimiliki oleh orang yang tidak bermoral. Pedang menjadi tidak berbahaya jika pemegangnya mempunyai sifat yang disebut BUSHIDO yaitu, amanah, pengasih, santun, sopan, mulia, hormat, dan lain lain.

Skill merupakan kemampuan seseorang yang lahir dari ilmu pengetahuan darinya kreatifitas dan inovasi terus berkembang dan maju, membuat kehidupan menjadi semakin efektif dan epesien, jika tidak ditopang kuat oleh nilai – nilai kebenaran dan kebaikan, maka kreatifitas dan inovasi tersebut justru akan menjerumuskan kehidupan pada lembah kehinaan dan kehancuran.

Menurut M Furqon Hidayatullah ilmu pengetahuan seperti kimia, fisika, akuntansi, hukum, dll adalah ibarat pedang yang bisa membinasakan. Jika ilmu itu dikuasai tapi tanpa dibekali karakter yang terjadi adalah tragedy kemanusiaan yang memilukan. Bom atom yang meluluhlantakan Jepang adalah ilmu fisika tanpa nurani, Whait Plaspor yang mematikan anak anak di Palestina itu adalah kimia tanpa nurani, banya yang tidak bersalah dijebloskan ke penjara karena orang yang menguasai hukum tidak disertai sifat keadilan.

Orang – orang yang membuat kekacauan dan kehancuran diatas, mereka yang dahulunya pernah berada dibangku bangku sekolah. dalam hal ini peran sekolah menjadi sangat signifikan dalam menyiapkan manusia manusia berkarakter mulia dan unggul. Dan pendidikan agama yang memiliki basis spiritual yang dalam menjadi penting dan mendesak untuk ditanamkan sejak dini. Agama yang memiliki dimensi Qiyamah, bisa membuat manusia manusia yang mempercayai dan meyakininya akan memiliki tanggungjawab besar dalam menjaga kehidupan yang lebih harmonis.

Share

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Artikel Lainnya

×



Assalamualaikum 👋

Ada yang bisa kami bantu?


× Hubungi Kami